Anwar Hafid Ungkap Adanya Regulasi Merugikan di Industri Smelter Morowali dan Morowali Utara

Anwar Hafid Ungkap Adanya Regulasi Merugikan di Industri Smelter Morowali dan Morowali Utara
Bakal calon Gubernur Sulawesi Tengah 2024, Anwar Hafid, saat menghadiri acara diskusi HMI MPO di Hotel Paramasu, Sabtu (21/9/2024).

“Ini butuh pemimpin yang berani membela kepentingan rakyat dan gila urusan (GU) untuk memastikan regulasi berjalan sesuai dengan kepentingan daerah,” ujarnya.

Salah satu aspek yang menjadi perhatian utama Anwar adalah dampak lingkungan akibat eksploitasi tambang di Morowali dan Morut. Ia membandingkan kondisi lingkungan di Sulteng dengan daerah lain yang juga memiliki industri tambang besar, seperti Sorowako di Luwu Timur.

Bacaan Lainnya

“Waktu saya jadi camat di Sorowako, air di danau Sorowako tidak pernah keruh meskipun ada industri tambang besar seperti PT. Vale. Tapi di Morowali dan Morut, airnya sudah sangat tercemar. Ini yang saya sebut sebagai ‘pendarahan lingkungan’,” tegasnya.

Anwar juga menyebutkan bahwa pengelolaan limbah tambang di Morowali dan Morut masih jauh dari kata ideal.

“Pengawasan lingkungan harus diperketat, karena dampak negatifnya sudah sangat terasa bagi masyarakat sekitar. Banyak warga yang mengeluhkan air tercemar, sementara pengelola industri belum melakukan tindakan yang memadai untuk mengatasi masalah ini,” katanya.

Anwar menekankan bahwa untuk memaksimalkan manfaat dari industri tambang, pemberdayaan masyarakat lokal harus menjadi prioritas.

Ia mengisahkan pengalamannya saat menjabat sebagai Bupati Morowali, di mana ia berhasil mengundang investor dari China untuk membangun PT. IMIP di Morowali pada 2013.

“Saat itu, saya mengatakan kepada investor bahwa mereka harus membangun industrinya dulu, baru izinnya akan saya berikan. Ini salah satu cara agar masyarakat kita bisa mendapatkan manfaat langsung,” ceritanya.

Namun, Anwar mengkritik bahwa setelah ia tidak lagi menjabat, keterlibatan masyarakat lokal dalam industri tambang tidak berjalan sesuai harapan.

“Tenaga kerja lokal masih minim, begitu pula dengan pengusaha lokal yang seharusnya bisa terlibat dalam pengadaan barang dan jasa di kawasan industri,” tambahnya.

Selain tambang, Anwar juga mengingatkan bahwa Sulteng memiliki potensi sumber daya alam lain yang belum dikelola secara optimal, seperti sektor pertanian, perkebunan, dan kelautan.

“Teluk Tomini, yang dihuni oleh miliaran ikan, serta Danau Poso yang menghasilkan listrik, adalah contoh kekayaan alam kita yang belum dikelola dengan baik. Jika semua potensi ini dimaksimalkan, Sulteng bisa menjadi salah satu daerah dengan ekonomi terkuat di Indonesia,” katanya.

Anwar menambahkan bahwa keberadaan durian montong di Pendolo dan Parigi Moutong juga bisa menjadi komoditas unggulan jika dikelola dengan benar.

“Kita tidak boleh hanya bergantung pada tambang, kita juga harus mengembangkan sektor-sektor lain yang bisa mendukung ekonomi daerah secara berkelanjutan,” tegasnya.

Anwar Hafid berharap bahwa ke depan, Sulawesi Tengah bisa memiliki pemimpin yang tidak hanya fokus pada satu sektor saja, tetapi mampu mengelola seluruh potensi sumber daya alam secara holistik.

“Kita butuh pemimpin yang bisa melihat peluang dari berbagai sektor, tidak hanya tambang, tetapi juga pertanian, perikanan, dan pariwisata. Dengan begitu, masyarakat Sulteng bisa menikmati hasil dari kekayaan alam yang kita miliki,” tutupnya.

Sudirman Suhdi, mewakili KAHMI, menyoroti pentingnya peran pemerintah daerah dalam mendukung perusahaan industri tambang untuk meningkatkan pendapatan dan ekonomi daerah. Ia menekankan bahwa kehadiran perusahaan tambang dapat berdampak positif jika diiringi dengan keterlibatan yang lebih aktif dari pemerintah daerah.

“Ada pemerintah, pengusaha, ada pasar, akademisi tinggal menyeleksi. Tapi yang terjadi perusahaan lokal untuk mensuplai kebutuhan sembilan bahan pokok di PT. IMIP tidak dipakai. Sudah ada vendor-vendor dari luar di dalam IMIP, kita orang lokal tidak diberi kesempatan. Makanya perlu Gubernur yang berani melakukan intervensi ke perusahaan tambang agar masyarakatnya diberdayakan,” tegas Sudirman.

Ia juga menambahkan bahwa Morowali tidak hanya memiliki potensi tambang, tetapi juga pariwisata alam yang memukau.

“Industri pariwisata Pulau Sambori tidak kalah dengan Raja Ampat, embunnya menetes di pagi dan sore hari, suhu udaranya sangat dingin. Itu yang juga perlu pengelolaan yang optimal,” urai Sudirman.

Pos terkait