Kemistri 168 House Survival: Wadah Kolaborasi untuk Musisi Lokal Sulteng

Kemistri 168 House Survival: Wadah Kolaborasi untuk Musisi Lokal Sulteng
Konferensi Pers Kemistri (Kekerabatan Ekosistem Musik dan Industri) 168 House Survival. (Ajir Mahmud/kabarsulteng.id)

PALU, KABAR SULTENG – Kabar gembira bagi para musisi lokal Sulawesi Tengah (Sulteng), khususnya di Kota Palu! Kini, mereka memiliki wadah untuk menampilkan karya terbaik mereka melalui project “Kemistri (Kekerabatan Ekosistem Musik dan Industri) 168 House Survival”.

Kemistri 168 House Survival adalah project yang dipelopori oleh Persatuan Artis Pencipta Lagu dan Pemusik Republik Indonesia (PAPPRI) Sulawesi Tengah bersama 168 House ini merupakan wadah kolaborasi yang bertujuan untuk mendukung dan mengapresiasi karya musisi lokal.

Bacaan Lainnya

Baca juga: Umaryadi Tangkilisan Ajak Pemusik Bangun Ekosistem

Asrul Natsir, Owner 168 House, menjelaskan bahwa proyek ini berawal dari diskusi bersama teman-teman di PAPPRI tentang cara menghidupkan kembali ekosistem musik lokal.

“Saya yakin para musisi di Sulteng, khususnya Palu, hebat dalam berkarya, tetapi mereka kekurangan wadah untuk mengekspresikannya. Melalui program ini, kami memberikan fasilitas terbaik agar mereka bisa tampil maksimal,” ujar Asrul saat konferensi pers Kemistri 168 House Survival, pada Jumat (18/5/2024).

Penjualan tiket diserahkan sepenuhnya kepada para musisi melalui program Kemistri, sementara 168 House hanya mengambil keuntungan kecil dari penjualan soft drink yang termasuk dalam tiket serta sewa tempat.

“Kami menyediakan fasilitas maksimal, termasuk sofa, videotron, dan sound system terbaik agar penampilan para musisi bisa optimal,” tambah Asrul.

Umaryadi Tangkilisan, Ketua PAPPRI Sulteng, menyatakan bahwa Kemistri menjadi jembatan bagi musisi lokal untuk menampilkan karya mereka dan mendapatkan apresiasi.

“Setiap musisi yang tampil di 168 Survival harus membawakan minimal 7-8 lagu karya sendiri dari total 15 lagu yang mereka bawakan,” jelas Adi sapaan akrabnya.

Program ini, Lanjut Adi, diharapkan bisa merangsang perkembangan musik di Sulawesi Tengah agar tetap eksis dan berkembang.

“Tentunya dengan adanya program Kemistri ini, diharapkan musisi lokal Sulawesi Tengah, khususnya Kota Palu, bisa terus berkarya dan mendapatkan apresiasi yang layak serta membuka peluang baru bagi perkembangan industri musik lokal,” harap Adi.

The Mangge, band lokal asal Palu yang digagas pada pertengahan 2020 oleh Reza Respati (Bass) Zul Ilyas, (Drum) Riyan Panintjo (Gitar) Kristian (Piano) Syeren Bawias (Keyboard) dan Carey (Synthesizer) dan Ai Imaji (Vocal), menjadi band lokal pertama untuk menampilkan karya mereka di mini konser Kemistri 168 House Survival pada 20 Mei 2024.

Kemistri 168 House Survival
The Mangge/Band Lokal Kota Palu.

“Kemistri ini adalah proyek yang sangat bagus bagi kami band-band lokal di Palu untuk menunjukkan karya terbaik kami,” kata Riyan Panintjo, anggota The Mangge.

Mini konser bertajuk “Temponamo” akan dimulai pukul 19.00 WITA. Tiket dapat dipesan secara online di website The Mangge seharga Rp 75.000, atau dibeli langsung di lokasi seharga Rp 100.000, termasuk soft drink.

Max William Baginda, Kepala Bidang Ekonomi Kreatif Dinas Pariwisata Provinsi Sulawesi Tengah, mendukung penuh project ini dan menyatakan mendorong agar musisi lokal dilibatkan dalam event-event lokal maupun nasional.

“Kami juga membantu para musisi mematenkan karya-karya mereka,” pungkasnya.***

Pos terkait