Inovasi Penanganan Anemia pada Ibu Hamil di Puskesmas Nosarara: Kombinasi Suplementasi Zat Besi dan Pola Makan Sehat

Inovasi Penanganan Anemia pada Ibu Hamil di Puskesmas Nosarara: Kombinasi Suplementasi Zat Besi dan Pola Makan Sehat
Muhammad Kurniawan, S.Ked. (Dok Pribadi)

Muhammad Kurniawan, S.Ked

ANEMIA pada ibu hamil merupakan salah satu masalah kesehatan yang signifikan di Indonesia. Berdasarkan data WHO (2011), sekitar 38,2% ibu hamil di dunia mengalami anemia, dengan prevalensi tertinggi di Asia Tenggara, mencapai 48,7%.

Bacaan Lainnya

Di Indonesia, hasil Riskesdas 2018 menunjukkan bahwa 48,9% ibu hamil mengalami anemia, meningkat dari tahun 2013 sebesar 37,1%. Di kota palu prevalensi ibu hamil dengan status anemia sebesar 9,5% atau sebanyak 678 kasus pada tahun 2023.

Anemia dalam kehamilan dapat menyebabkan komplikasi serius seperti kelahiran prematur, berat badan lahir rendah (BBLR), perdarahan saat persalinan, hingga kematian ibu dan janin.

Oleh karena itu, diperlukan inovasi dalam penanganan anemia guna meningkatkan kesadaran ibu hamil dan menekan angka kejadian anemia selama kehamilan.

Tantangan Penanganan Anemia dalam Kehamilan

Salah satu tantangan dalam pengobatan anemia adalah rendahnya kepatuhan ibu hamil dalam mengonsumsi tablet tambah darah (TTD). Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, hanya 37,7% ibu hamil yang mengonsumsi TTD sebanyak 90 tablet sesuai rekomendasi.

Faktor lain yang memengaruhi kepatuhan antara lain efek samping suplemen besi, kurangnya edukasi, serta pola makan yang kurang seimbang.

Untuk mengatasi masalah ini, Puskesmas Nosarara melakukan inovasi dengan mengombinasikan suplementasi zat besi dengan pola makan kaya zat besi dan vitamin C guna meningkatkan efektivitas terapi anemia pada ibu hamil.

Intervensi: Suplementasi dan Pola Makan Sehat

Studi ini dilakukan terhadap seorang pasien ibu hamil berusia 20 tahun (G1P0A0) yang mengalami anemia dengan kadar hemoglobin (Hb) 7,3 g/dL. Intervensi dilakukan selama 6 minggu, dengan pendekatan sebagai berikut:

  1. Pemberian Tablet Tambah Darah (TTD)
    • Ibu hamil diberikan tablet besi sebanyak 90 tablet sesuai rekomendasi WHO dan Kementerian Kesehatan.
    • Edukasi diberikan mengenai cara konsumsi yang benar, yaitu diminum bersama vitamin C untuk meningkatkan penyerapan zat besi.
  2. Modifikasi Pola Makan
    • Pemberian makanan kaya zat besi seperti hati ayam, ikan kembung, telur ayam, dan daun kelor.
    • Konsumsi buah-buahan tinggi vitamin C, seperti jeruk dan pisang ambon, guna meningkatkan penyerapan zat besi.
    • Hindari konsumsi teh dan kopi setelah makan, karena mengandung tanin yang menghambat penyerapan zat besi.
  3. Monitoring dan Pendampingan Pasien
    • Pemeriksaan Hb dilakukan setiap 3 minggu untuk menilai efektivitas intervensi.
    • Komunikasi rutin melalui WhatsApp untuk memastikan kepatuhan pasien dalam mengonsumsi suplemen dan mengikuti pola makan sehat.

Hasil Penelitian

Setelah 6 minggu intervensi, terjadi peningkatan kadar Hb dari 7,3 g/dL menjadi 10,7 g/dL.

Tabel 1. Peningkatan Hb setelah intervensi

Waktu Interven Kadar Hb (g/dL)
Awal (Minggu 0) 7,3
Minggu ke-3 9,1
Minggu ke-6 10,7

Selain itu, pasien mengalami peningkatan energi, tidak lagi merasa mudah lelah, dan tidak mengalami pusing seperti sebelumnya.

Strategi untuk Meningkatkan Kepatuhan Pasien

Untuk meningkatkan kepatuhan ibu hamil dalam pengobatan anemia, dilakukan beberapa strategi berikut:

  • Edukasi tentang anemia dan bahaya kekurangan zat besi kepada pasien dan keluarganya.
  • Kartu Kontrol Hb untuk memantau perubahan kadar Hb selama kehamilan.
  • Pembuatan poster dan leaflet edukasi mengenai pola makan sehat dan pentingnya konsumsi tablet tambah darah.
  • Pendampingan keluarga untuk memastikan ibu hamil mendapatkan dukungan dalam konsumsi makanan bergizi.

Respon Pasien dan Implikasi Penelitian

Pasien menunjukkan peningkatan kesadaran akan pentingnya pencegahan anemia dan menyatakan kepuasan terhadap pendekatan yang dilakukan.

“Saya dulu sering merasa lemas, tapi setelah rutin makan sayur kelor, hati ayam, dan minum tablet tambah darah, badan saya jadi lebih segar. Saya juga baru tahu kalau teh bisa menghambat penyerapan zat besi, sekarang saya sudah menghindarinya,” ujar pasien saat evaluasi akhir.

Keberhasilan intervensi ini membuka peluang untuk diterapkan pada ibu hamil lainnya di wilayah kerja Puskesmas Nosarara, dengan harapan dapat menurunkan angka kejadian anemia dalam kehamilan.

Tips Pencegahan Anemia untuk Ibu Hamil

  • Konsumsi makanan kaya zat besi seperti hati ayam, ikan, telur, dan sayuran hijau.
  • Perbanyak buah tinggi vitamin C seperti jeruk, jambu biji, dan stroberi untuk meningkatkan penyerapan zat besi.
  • Minum tablet tambah darah minimal 90 tablet selama kehamilan.
  • Hindari konsumsi teh dan kopi setelah makan karena dapat menghambat penyerapan zat besi.
  • Lakukan pemeriksaan Hb secara rutin di fasilitas kesehatan terdekat.

Kesimpulan dan Rekomendasi

Intervensi berbasis kombinasi suplementasi zat besi dan pola makan kaya nutrisi terbukti efektif dalam meningkatkan kadar hemoglobin ibu hamil dengan anemia.

Rekomendasi:

  • Peningkatan edukasi tentang anemia pada ibu hamil dan keluarganya.
  • Promosi makanan kaya zat besi yang murah dan mudah didapat di lingkungan masyarakat.
  • Pemeriksaan Hb secara berkala untuk mendeteksi anemia sejak dini.

Sumber:

  1. Global Prevalence of Anemia in Pregnant Women. 2011.
  2. Laporan Riset Kesehatan Dasar Indonesia. 2018.
  3. Katili DNO, Umar S, Gres AM. Pengaruh Telur Ayam Rebus terhadap Peningkatan Kadar Hb Ibu Hamil Trimester I di Wilayah Kerja Puskesmas Tilango. Madu J Kesehatan. 2019;8(1):9–22.
  4. Rahayu R. Efektivitas Penambahan Sari Kurma dalam Pemenuhan Gizi Ibu Hamil Anemia di Puskesmas Wedi, Klaten. J Kebidanan Tradisional. 2017;2(2):97–103.
  5. Winarni LM, Lestari DP. Pengaruh Pemberian Jus Jeruk terhadap Peningkatan Hb Ibu Hamil Anemia. J Menara Med. 2020;2(2):119–27.

Pos terkait