KABAR SULTENG, PALU – Front Rakyat Advokasi Sawit, Sulawesi Tengah (FRAST ST) menilai Gubernur Sulawesi Tengah, Rusdy Mastura, tidak serius dalam menangani konflik agraria di Sulteng.
Koordinator FRAST ST, Eva Bande, mengatakan, tidak sedikit waktu terpakai menempuh jalan mediasi yang di ambil oleh Gubernur Rusdy Mastura untuk meredam ekspresi kemarahan rakyat melalui aksi-aksi menuntut penyelesaian konflik agraria di Sulteng. Hingga sekarang tak jelas hasilnya. Rekomedasi yang dihasilkan lewat Mediasi yang mempertemukan berbagai kelompok masyarakat dengan perusahaan dan Pemda tidak menunjukkan tanda-tanda konflik mereda.
“Tidak ada juga terlihat skema pengawalan yang disusun secara sistematis oleh Pemda. Padahal, ini adalah salah satu indikasi keseriusan penyelesaian konflik, yang berujung pada pengembalian hak rakyat,” kata Eva Bande, melalui rilis tertulisnya kepada media ini, Kamis 27 Januari 2022.
Eva menerangkan, karena hal itu, sehingga FRAS ST menilai, Gubernur Sulteng tidak serius mengurus kepentingan rakyat keluar dari penindasan para pemakan tanah.
“Hampir saja terkesan sekedar formalitas menerima pengaduan, janji perlindungan HAM bagi rakyat asal bunyi saja. Justru yang santer terdengar adalah perburuan investasi. Janji dan fakta tidak jelas, tanpa wujud, tanpa praktik,” terang Eva.
Olehnya, FRAS ST mendesak Gubernur Sulteng mengambil langkah taktis sistematis dan serius menyelesaikan konflik-konflik agraria yang telah diadukan maupun yang belum.
FRAS Sulteng juga menyerukan kepada kelompok-kelompok masyarakat yang sudah menghimpun diri ke dalam organisasi-organisasi rakyat tetap semangat berlapis mengawal dan melawan korporasi jahat yang disokong pemerintah dan aparat keamanan.
“Konsolidasi massa organisasi-organisasi tani harus terus di semarak luaskan, karena kekuatan utama adalah persatuan dan kesatuan masa rakyat yang terorganisir,” tegas Eva Bande.(*)/AM