PALU, KABAR SULTENG – Anggota DPRD Kota Palu, Andris, mendorong pelestarian dokar, kendaraan tradisional khas masyarakat Kaili yang kini hampir punah dari jalanan Kota Palu.
Melalui inisiatif pribadi dan dukungan Pemerintah Kota Palu, Andris mengusulkan pengadaan lima unit dokar dan enam ekor kuda untuk ditempatkan di sejumlah kawasan wisata dan budaya di Dapil I (Palu Selatan–Tatanga).
“Dokar ini bukan sekadar alat transportasi, tapi bagian dari identitas budaya kita. Sayang kalau dibiarkan hilang begitu saja,” ujar Andris saat reses hari kelima di Kelurahan Duyu, Kecamatan Tatanga.
Baca juga: Dikeluhkan Warga, Waket II DPRD Palu Anugrah Pratama Tinjau Jalan Rusak di Lasoani
Sebagai putra asli Kaili yang dikenal gemar kendaraan tradisional dan pacuan sapi, Andris mengaku prihatin karena dokar kini nyaris tak terlihat lagi di Kota Palu. Ia menyebut sebagian besar dokar yang masih beroperasi justru berasal dari daerah lain seperti Gorontalo.
“Dulu di Kampung Tengah hampir setiap rumah punya dokar. Tapi sekarang benar-benar hilang. Saya pikir ini saatnya kita hidupkan kembali,” tambahnya.
Andris menegaskan, usulan pengadaan dokar dan kuda tersebut bukan berasal dari pokok pikiran (Pokir) sebagai anggota dewan, melainkan hasil komunikasi langsung dengan Pemerintah Kota Palu. Ia menyebut Pemkot telah memberikan persetujuan prinsip terhadap gagasan itu.
“Saya ajukan langsung ke Pemkot di luar Pokir saya, nilainya sekitar Rp300 juta. Dokar dan kudanya nanti tetap menjadi aset pemerintah,” jelas Andris.
Lebih lanjut, ia berharap keberadaan dokar dapat diintegrasikan dalam kegiatan wisata, car free day, serta event tahunan Pemkot Palu seperti pawai budaya dan HUT Kota Palu.
“Di Jogja kita lihat bagaimana andong jadi daya tarik wisata. Palu juga bisa seperti itu, tinggal bagaimana kita kelola dengan baik,” katanya.
Andris menilai, kehadiran dokar bukan hanya bernilai budaya, tetapi juga ekonomis dan sosial. Dokar lebih mudah dioperasikan masyarakat dibandingkan kuda pacu yang harganya bisa mencapai Rp80 juta per ekor.
“Kalau kuda pacu, hanya yang punya modal besar yang bisa ikut. Tapi kalau dokar, masyarakat bisa ikut mengelola dan itu jauh lebih berdaya,” ujarnya.
Ia berharap pelestarian dokar mendapat dukungan penuh dari masyarakat dan pemerintah. Menurutnya, tantangan terbesar bukan hanya dari biaya, tetapi juga dari pergeseran gaya hidup masyarakat yang kini bergantung pada kendaraan bermotor.
“Sekarang tinggal bagaimana kita bangun kesadaran bersama. Saya yakin kalau dikelola serius, dokar bisa punya masa depan lagi di Kota Palu,” tutup Andris.***
Simak update berita menarik lainnya, ikuti saluran WhatsApp Official klik di sini





